Rabu, 28 Maret 2012

PARALU

SIFAT PRIBADI MINANG
Salah satu tujuan adat pada umumnya, adat Minang pada khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, manusia yang beradab.Dari manusia-manusia yang beradab itu diharapkan akan melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Suatu Baldatun Toiyibatun wa Rabbun Gafuur. Suatu masyarakat yang aman dan damai dan selalu dalam lindungan Tuhan.Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-manusia dengan sifat-sifat dan watak tertentu. Sifat-sifat yang ideal itu menurut adat Minang antaranya sebagai berikut :
a.   Hiduik Baraka, baukua jo bajangka artinya hidup berpikir, berukur dan berjangka
Dalam menjalankan hidup dan kehidupan orang Minang dituntut untuk selalu memakai akalnya. Berukur dan berjangka artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat.
Kelebihan manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga alat tersebut adalah otak, otot dan hati.
Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan sinergi ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya.
Dengan mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia antara lain akan selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut :
Dalam mulo akhie mambayang                          Dalam awal akhir terbayang
Dalam baiak kanalah buruak                             Dalam baik ingatlah buruk
Dalam galak tangieh kok tibo                            Dalam tawa tangis menghadang
Hati gadang hutang kok tumbuah                       Hati ria hutang tumbuh
Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga tetap selalu waspada.
Alun rabah lah ka ujuang                                   Belum rebah sudah keujung
Alun pai lah babaliak                                         Belum pergi sudah kembali
Alun di bali lah bajua                                         Belum dibeli sudah dijual
Alun dimakan lah taraso                                    Belum dimakan sudah terasa
Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya. Pendek kata dibuat rencana yang mantap dan terinci.
Dihawai sahabih raso                                        Diraba sehabis rasa
Dikaruak sahabih gauang                                  Dijarah sehabis lobang
Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah :
Mangaji dari alif                                                Mengaji dari alif
Babilang dari aso                                              Berhitung dari satu
Dalam melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan. Jangan asal berbuat tanpa berpikir.
Mancancang balandasan                                   Mencencang berlandasan
Malompek basitumpu                                       Melompat bersitumpu
Dalam melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan mereka menderita penyakit “Excessive Individualisme”, penyakit susah diatur, merasa lebih super dari orang lain, karenanya dihinggapi penyakit “pantang taimpik”.
Struktur organisasi dipenghujung abad ke XX ini, baik organisasi pemerintah, angkatan bersenjata, organisasi sosial, maupun organisasi perusahaan mempunyai struktur piramida, lancip ke atas.
Struktur organisasi yang semacam ini, memaksa orang-orang dalam formasi yang berlanggo-langgi, atau bertingkat-tingkat. Ada yang disebut bawahan dan ada atasan, ada yang memerintah dan ada pula yang harus menjalankan perintah. Orang Minang kebanyakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pola kemasyarakatan yang baru ini. Apalagi bila dalam organisasi itu hanya balego awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo “Iyo kan nan kato beliau, tapi lakukan nan diawak”. Inilah agaknya salah satu sebab kenapa dipenghujung abad XX ini orang-orang Minang sudah jarang yang menonjol dipentas nasional. Kalau ada yang menonjol satu dua, maka yang duduk menjadi bawahannya, mungkin sekali bukan orang Minang. Mari kita koreksi diri kita masing-masing dan mari kita pelajari kembali ajaran adat kita yang berbunyi sbb :
Bajalan ba nan tuo                                            Berjalan dengan yang tua
Balayie ba nakhodo                                          Berlayar ber-nakhoda
Bakata ba nan pandai                                       Berkata dengan yang pandai
Pepatah diatas mengisyaratkan bahwa nenek moyang kita lebih memahami pola organisasi modern dibandingkan kita. Renungkanlah.
Masih bayak diantara kita yang belum punya cita-cita hidup. Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun ada juga yang punya cita-cita , tetapi tidak tahu bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu.
Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu. Cobalah kita cermati pepatah berikut :
Nak kayo kuek mancari                                    Ingin kaya, bekerja keraslah
Nak tuah bertabur urai                                      Ingin tuah, bertabur hartalah
Nak mulie tapeki janji                                       Ingin mulia, tepati janji
Nak namo tinggakan jaso                                  Ingin nama, berjasalah
Nak pandai kuek baraja                                   Ingin pandai, rajinlah belajar
Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita dapat membaca perasaan oang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita kenal dengan ilmu empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam posisi orang lain. Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah mengajarkan dengan tepat sebagai berikut :
Elok dek awak                                                 Yang elok menurut kita
Katuju dek urang                                              (Namun juga) disukai orang lain
Segala sesuatu yang munurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu dianggap baik pula oleh orang lain. Kacamata yang dipakai mungkin sekali berbeda, sehingga pendapatpun berbeda pula. Kepala sama hitam, pikiran berbeda-beda.
Nenek moyang orang Minang, sebelum ilmu manajemen berkembang di tanah air sejak tahun 1950-an yang lalu, telah lama meyakini bahwa “perencanaan yang matang” adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya :
Balabieh ancak-ancak                                       Berlebihan berarti ria
Bakurang sio-sio                                               Kalau kurang sia-sia
Diagak mangko diagieh                                     Dihitung dulu baru dibagi
Dibaliek mangko dibalah                                   Dibalik dulu baru dibelah
Bayang-bayang sepanjang badan                      Bayang-bayang sepanjang badan (Beban
                                                                        jangan lebih dari kemampuan)
Nan babarieh nan dipahek                                Yang dibaris yang dipahat
Nan baukue nan dikabuang                               Yang diukur yang dipotong
Jalan nan luruih nan ditampuah                           Jalan lurus yang ditempuh
Labuah pasa nan dituruik                                  Jalan yang lazim yang dituruti
Di garieh makanan pahat                                   Digaris makanan pahat
Di aie lapehkan tubo                                         Di air lepaskan racun
Tantang sakik lakek ubek                                 Ditempat yang sakit diberi obat
Luruih manantang barieh adat                            Lurus menentang baris adat
b. Baso basi - malu jo sopan
Adat Minang mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu Minang.
Adat Minang menyebutkan sebagai berikut :
Nana kuriak iyolah kundi                                  Yang burik ialah kundi
Nan merah iyolah sago                                      Yang merah ialah sega
Nan baiak iyolah budi                                       Yang baik ialah budi
Nan indah iyolah baso                                       Yang indah ialah basa (basi)
Kuek rumah dek basandi                                  Kuatnya rumah karena sendi
Rusak sandi rumah binaso                                 Rusak sendi rumah binasa
Kuek bangso karano budi                                 Kuatnya bangsa karena budi
Rusak budi bangso binaso                                 Rusak budi bangsa binasa
Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:
Nan tuo dihormati                                             Yang tua dihormati
Nan ketek disayangi                                         Yang kecil disayangi
Samo gadang bawo bakawan                           Sama besar bawa berkawan
Ibu jo bapak diutamakan                                  Ibu dan ayah diutamakan
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan :
Dek ribuik rabahlah padi                                   Karena ribut rebahlah padi
Di cupak Datuak Tumangguang                         Di cupak Datuk Tumenggung
Hiduik kok tak babudi                                      Hidup kalau tak berbudi
Duduak tagak kamari cangguang                       Duduk berdiri serba canggung
Rarak kaliki dek binalu                                     Gugur pepaya karena benalu
Tumbuah sarumpun ditapi tabek                        Tumbuh serumpun di tepi tebat
Kalau habih raso jo malu                                   Kalau habis rasa dan malu
Bak kayu lungga pangabek                               Bagaikan kayu longgar pengikat
Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang. Karena itu selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi) dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang, kendatipun sudah putih tulang di dalam tanah.
Pepatah menyebutkan sbb:
Pucuak pauah sadang tajelo                              Pucuk pauh sedang terjela
Panjuluak bungo linggundi                                 Penjuluk bunga linggundi
Nak jauah silang sangketo                                 Supaya jauh silang sengketa
Pahaluih baso jo basi                                        Perhalus basa basi (budi pekerti)
Pulau pandan jauah ditangah                             Pulau pandan jauh di tengah
Dibaliak pulau angso duo                                  Dibalik pulau angsa dua
Hancua badan di kanduang tanah                      Hancur badan dikandung tanah
Budi baiak takana juo                                       Budi baik terkenang juga
Nak urang koto ilalang                                      Anak orang koto Hilalang
Nak lalu ka pakan baso                                    Mau lewat ke pekan Baso
Malu jo sopan kok lah ilang                              Malu dan sopan kalau sudah hilang
Habihlah raso jo pareso                                    Habislah rasa dan periksa
c. Tenggang raso
Perasaan manusia halus dan sangat peka. Tersinggung sedikit dia akan terluka, perih dan pedih. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Kalau sampai perasaan terluka, bisa membawa bencana. Karena itu adat mengajarkan supaya kita selalu berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang dianjurkan adat.
Pepatah memperingatkan sebagai berikut :
Bajalan paliharo kaki                                        Berjalan pelihara kaki
Bakato paliharo lidah                                        Berkata pelihara lidah
Kaki tataruang inai padahannyo                         Kaki tertarung inai imbuhannya
Lidah tataruang ameh padahannyo                     Lidah tertarung emas imbuhannya
Bajalan salngkah madok suruik                         Berjalan selangkah, lihat kebelakang
Kato sapatah dipikia an                                    Kata sepatah dipikirkan
Nan elok dek awak katuju dek urang
Lamak dek awak lamak dek urang
Sakik dek awak sakik dek urang
artinya :
Yang baik menurut kita, harus juga disukai orang lain
Yang enak menurut kita, harus juga enak menurut orang
Kalau sakit bagi kita, sakit pula bagi orang

1 komentar: